Berbagi tak pernah rugi

Selamat datang di blog saya yang sederhana ini, di blog ini saya tuangkan apa2 yang menjadi kebiasaan saya, pengalaman saya, hobi saya dll yang mungkin sepele tetapi mungkin bisa membawa manfaat bagi anda yang membacanya. Saya berharap blog ini bisa mencerminkan prinsip saya yaitu "Berbagi Tak pernah Rugi" . Dan bagi pembaca yang punya uneg - uneg atau kritik silahkan beri komentar, selain sebagai masukan juga bisa sebagai koreksi diri bagi saya. Atau bagi yang mau mengcopy artikel saya silahkan saja tapi jangan lupa lampirkan sumbernya ya..
Sehubungan banyaknya pertanyaan via SMS yang masuk dan cukup menyedot pulsa, mohon kalau ada pertanyaan bisa menelpon ke 082254621401 atau via komentar. Untuk selanjutnya terpaksa saya tidak melayani SMS



Senin, 01 Agustus 2011

Mutiara Nasehat

Mutiara nasehat ini aku kumpulkan dari kiriman kiriman SMS yang masuk ke HPku. Dengan harapan untaian kata - kata ini bisa memberi manfaat kepada orang lain, maka untaian kata - kata ini aku tuangkan ke blog sederhanaku ini.

Mutiara nasehat.

Umar bin Abdul Aziz :

"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka."


Imam Abu Zur’ah Ar-Raazi (wafat th 264H)

”Apabila engkau melihat seseorang mencaci maki/menghina seseorang dari shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa orang itu ialah Zindiq (kafir). Yang demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah haq, Al-Qur’an ialah haq dan apa-apa yg dibawa ialah haq dan yang menyampaikan semua itu kepada kita ialah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka (orang-orang zindiq) itu mencela kesaksian kita agar bisa membatalkan Al-Qur’an dan Sunnah (yakni agar kita tidak percaya kepada Al-Qur’an dan Sunnah -pen). Merekalah yang pantas mendapat celaan”. [Al-Awashim minal Qawashim hal. 34 ]

Al-Imam Malik rahimahullah

"Tidaklah menjadi baik akhir umat ini, melainkan dengan apa yang telah memperbaiki dengannya generasi pertama umat ini. Maka setiap apa yang pada hari itu (zaman shahabat) tidak dikatakan sebagai agama, maka tidak pula hari ini (zaman sekarang) dikatakan sebagai agama."


Imam al-Auza'i berkata,

''Bersabarlah kalian di atas sunnah. Tetaplah tegak sebagaimana para sahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan. Tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya, dan ikutilah jalan salafush shalih.''

Ibnu Isma'il bin Ibrahim al-Muhajirin

Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Shahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan Salafush Shalih karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka.

Wasiat Rasulullah

Dari Abu Najih, Al 'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi nasihat kepada kami dengan satu nasihat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Allah 'Azza wa Jalla, tetap mendengar dan ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup sepeninggalku niscaya kalian akan menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaa-ur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu muhdats (perkara baru/ bid'ah) karena sesungguhnya setiap bid'ah itu sesat."
[Hadits riwayat Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud nomor 4607 dan at-Tirmidzi nomor 2676, ad-Darimy (I/44), al-Baghawy (I/205), al-Hakim (I/95), dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 2455)]

Umar bin Abdul Aziz berkata :
 "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu (Salafus Shalih) itu berhenti di atas dasar ilmu dengan bashirah yang tajam (menembus) mereka, menahan (dirinya), dan mereka lebih mampu dalam membahas sesuatu jika mereka ingin membahasnya."
(Bayan Fadlli Ilmis Salaf 38)

Abdullah bin Ad Dailamy berkata :
"Sesungguhnya sebab pertama hilangnya agama ini adalah meninggalkan As Sunnah. Agama ini akan hilang sunnah demi sunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas."
(Al Lalikai 1/93 nomor 127, Ad Darimy 1/58 nomor 97, dan Ibnu Wadldlah dalam Al Bida’ 73)

Al Auza’i berkata :
"Berpeganglah dengan atsar Salafus Shalih meskipun seluruh manusia menolakmu dan jauhilah pendapatnya orang-orang (selain mereka) meskipun mereka menghiasi perkataannya terhadapmu."
(Asy syari’ah 63)


"Tawadhu' adalah engkau tidak melihat dirimu memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya." "Tawadhu' adalah engkau tidak melihat orang lain membutuhkanmu." (Hakikat Tawadhu' dan Sombong Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali hafizhahullah)

Tamim bin Muslim bertanya kepada Yusuf bin Asbath:
"Apakah puncak dari tawadhu' (rendah hati)?" Maka beliau menjawab: "Engkau keluar dari rumahmu, tidaklah engkau melihat seseorang melainkan engkau merasakan bahwasanya ia lebih baik darimu." (Jawaahiru Shifatish Shafwah, edisi Indonesia: Teladan Hidup Orang-orang Pilihan, penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Bogor)


Abdullah bin Ad-Dailamy berkata:
 Sebab pertama hilangnya agama ini adalah ditinggalkannya As Sunnah (ajaran Nabi). Agama ini akan hilang Sunah demi Sunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas”. (Lammudurul Mantsur Minal Qaulil Ma’tsur )

Abdullah bin ‘Athiyah berkata:
Tidaklah suatu kaum berbuat bid’ah dalam agama kecuali Allah akan mencabut dari mereka satu Sunnah yang semisalnya. Dan Sunnah itu tidak akan kembali kepada mereka sampai hari kiamat”.
(Lammudurul Mantsur Minal Qaulil Ma’tsur )

Al-Imam Az-Zuhri berkata:
Ulama kami yang terdahulu selalu mengingatkan bahwa berpegang teguh dengan As-Sunnah adalah keselamatan. Ilmu akan dicabut dengan segera. Tegaknya ilmu adalah kekokohan agama dan dunia sedangkan hilangnya ilmu maka hilang pula semuanya
(Lammudurul Mantsur Minal Qaulil Ma’tsur ).

Al-Imam Az-Zuhri rahimahullah berkata:Ulama kita yang terdahulu selalu mengatakan: “Berpegang dengan As-Sunnah adalah keselamatan. Ilmu itu tercabut dengan segera, maka tegaknya ilmu adalah kekokohan Islam sedangkan dengan perginya para ulama akan hilang pula semua itu (ilmu dan agama).”
 (Al-Lalikai 1/94 no. 136 dan Ad-Darimi, 1/58 no. 16)


Imam Ahmad bin Hambal berkata :
Ilmu adalah karunia yang diberikan Allah kepada orang yang disukainya. Tidak ada seorangpun yang mendapatkannya karena keturunan.

Abul Hasan al Karkhi berkata :
Saya hadir di majelis Abu Khazim pada hari Jum’at walaupun tidak ada pelajaran, agar tidak terputus kebiasaanku menghadirinya.


Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan :
“Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur angsur agamanyapun akan hilang. Silahkan jika ketenaran yang dicari. Orang yang mencari ketenaran sungguh ia kurang bertaqwa kepada Allah.”
(Ta’thirul Anfas hal 284)


Ibnu Mas’ud berkata :
“Kalian dalam perjalanan malam dan siang, umur umur kalian berkurang, amal amal tercatat serta kematian datang dengan tiba tiba. Siapa yang menanam kebaikan akan segera menuai kesenangan, siapa yang menanam kejelekan akan segera menuai penyesalan. Setiap penanam akan mendapatkan apa yang ditanam. Yang telah menjadi bagiannya tidak akan meleset darinya, dan ketamakan tidak akan meraih apa yang tidak ditakdirkan atasnya. Siapa yang memberi kebaikan maka Allah Ta’alaa akan memberinya kebaikan dan siapa yang menjaga diri dari kejelekan maka Allah Ta’alaa akan menjaganya. Orang orang bertaqwa adalah pemimpin, ahli fikih adalah penuntun dan duduk bersama mereka adalah tambahan (ilmu).”
(Siyar A’lamin Nubala 1/497)




2 komentar: