Berbagi tak pernah rugi

Selamat datang di blog saya yang sederhana ini, di blog ini saya tuangkan apa2 yang menjadi kebiasaan saya, pengalaman saya, hobi saya dll yang mungkin sepele tetapi mungkin bisa membawa manfaat bagi anda yang membacanya. Saya berharap blog ini bisa mencerminkan prinsip saya yaitu "Berbagi Tak pernah Rugi" . Dan bagi pembaca yang punya uneg - uneg atau kritik silahkan beri komentar, selain sebagai masukan juga bisa sebagai koreksi diri bagi saya. Atau bagi yang mau mengcopy artikel saya silahkan saja tapi jangan lupa lampirkan sumbernya ya..
Sehubungan banyaknya pertanyaan via SMS yang masuk dan cukup menyedot pulsa, mohon kalau ada pertanyaan bisa menelpon ke 082254621401 atau via komentar. Untuk selanjutnya terpaksa saya tidak melayani SMS



Rabu, 22 Mei 2013

Pot dari kepala botol plastic bekas air minum untuk bertanam hidroponik.


Bagi anda yang sudah biasa bertanam hidroponik pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “net pot” atau pot – pot kecil yang bagian bawah dan sampingnya berlubang yang berfungsi untuk jalan keluarnya akar supaya bisa menyentuh air nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Biarpun harganya murah, tetapi ketika perlu dalam jumlah banyak jadinya ya perlu dana banyak juga.

Contoh gambar net pot

Saya selaku orang yang suka hidroponik dan tinggal di kota kecil dimana sarana hidroponik susah dicari harus berpikir kira – kira apa yang bisa saya gunakan sebagai alternative pengganti ketika barang yang saya perlukan susah didapat.

Di kantor saya setiap karyawan mendapat jatah aqua botol 1 dus per bulan. Di departemen saya sendiri saya punya anak buah 32 orang. Jadi dalam 1 hari pasti ada sampah botol minimal 33 botol.

Akhirnya saya berpikir kenapa botol – botol bekas ini tidak saya manfaatkan saja. Kemudian botol botol bekas itupun saya kumpulkan (saya minta tolong OB untuk ngumpulin) dan saya potongin seperti gambar di bawah.
Kepala botol plastik hasil mulung

Dan setelah sampai di rumah langsung saya terapkan pada tanaman hidroponik saya. Hasilnya…sim salabim….jadi seperti di bawah ini
 5 hari setelah pindah tanam

Selada siap panen dan siap santap

Contoh pada kangkung




Sekali lagi ternyata hidroponik itu nggak semahal bayangan kita..

Rabu, 17 April 2013

Edisi Khusus Cabai (3) : Cabai Trinidad Scorpion


Ini adalah salah satu pemegang rekor cabai terpedas di dunia dengan tingkat kepedasan 1,463,700 SHU atau hampir 1.5 juta SHU. Anda bisa bayangkan kira – kira seperti apa pedasnya. Kalau kita biasa makan cabai rawit hijau, bayangkan saja pedasnya sekitar 20x lipatnya. Saya sendiri nggak yakin akan memakan cabai ini seandainya nanti sudah berbuah. Saya tanam cabai ini karena factor hobi sehingga rasanya ada kepuasan tersendiri kalau koleksi cabai saya semakin lengkap.

Saya beli benih cabai ini bersamaan dengan pembelian benih cabai Red Peter dan Bhut Jolokia. Dengan perlakuan perendaman air bawang merah selama semalam, benih sprout dalam waktu 7 hari. Benih sprout/tunas memang tidak dalam waktu bersamaan tetapi ada juga yang sprout di hari ke 8 maupun hari ke 9.

Untuk penampakan saat ini belum begitu menarik karena tanaman masih kecil, tapi harapan saya bulan depan sudah mulai bisa kelihatan cantik menghijau. Semoga saja tidak terserang hama.

Bibit cabai saat awal tunas


 bibit cabai 1.5 bulan berikutnya (18/4/2013)

Minggu, 07 April 2013

Panen kangkung dan bayam hidroponik


Selain hidroponik kit yang saya tuangkan dalam blog ini sebetulnya saya masih ada 1 set rak hidroponik yang lain, dimana pad arak yang ini saya tanam 3 macam tanaman antara lain kangkung di rak paling atas, kemudian dibawahnya saya tanam bayam merah dan rak yang paling bawah saya tanam pakchoy hijau.

Tak terasa 22 hari sudah usia tanaman di hidroponik kit versi 2 ini pas pada hari Minggu kemarin. Pada usia tersebut ternyata kangkung dan bayam sudah setinggi 30 cm dan siap panen. Melihat tanaman sudah setinggi itu istri saya bilang sebaiknya segera dipetik saja untuk dibikin “Kapurung” (makanan khas orang Sulawesi/Bugis). Tanpa pikir panjang seluruh tanaman kangkung dan bayam saya panen. Pemanenan dengan cara saya potong, tujuannya supaya tanaman tunas lagi dengan pertumbuhan yang lebih cepat. Yang lalu ketika saya tanam kangkung dengan media tanah, saat panen saya potong dan tunasnya pertumbuhannya kurang bagus. Nah dengan metode hidroponik ini asya jadi penasaran hasilnya apakah akan sesuai harapan saya.

Kembali ke panen kangkung, ternyata hasilnya cukup banyak. Setelah dimasak bisa dimakan bareng tetangga dan keluarga kakak/adik ipar yang lagi pada ngumpul dirumah. Rasanya?? Pokoke maknyuss..sayuran segar dari kebun sendiri dan ada embel – embel sayuran hidroponik lagi.  Meskipun masakannya menu tradisional, tapi yang dimasak sayuran yang biasa dibeli orang – orang kaya ha..ha..ha..


Rak hidroponik di awal penyemaian

Kangkung dan bayam menjelang panen

Tanaman tampak samping

Kangkung sebelum dieksekusi

Kangkung bersih dan segar hasil panen

Kangkung pasca eksekusi

Bayam pasca eksekusi

Minggu, 31 Maret 2013

Merasakan sensasi pedasnya cabai habanero.

Habanero coklat
Tak terasa cabai habanero yang kutanam beberapa waktu yang lalu sekarang buahnya sudah mulai tua dan sudah keluar warna aslinya. Yang habanero orange sudah memunculkan warna oranyenya dan habanero coklat juga sudah muncul semburat coklatnya.

Sebagai orang yang menanam rasanya nggak afdhol kalau nggak coba merasakan pedasnya cabai yang saya tanam ini. Makanya iseng – iseng saya petik habanero orange yang sudah tua untuk bikin Indomie Kari Ayam (bukan iklan lho ya, btw saya suka sama mie ini). Untuk coba – coba saya cukup masukkan satu buah cabai yang sudah diiris – iris ke dalam mie. Hasilnya untuk satu porsi mie, satu buah cabai sudah cukup buat saya. Padahal biasanya kalau pakai cabai rawit hijau saya perlu 5 – 9 buah cabai. Berarti untuk ke depannya kalau mau buat mie cukup saya kasih cabai habanero orange satu buah saja.

Mie kesukaanku
Besoknya saya penasaran dengan cabai habanero yang coklat. Dari kerut – kerut kulit dan ukuran buah yang lebih besar, sebetulnya saya sudah agak ngeri membayangkan pedasnya. Tapi rasa penasaran harus terobati. Makanya saya coba masak mie lagi dengan merek dan bumbu yang sama, bedanya Cuma jenis cabai yang digunakan. Setelah mie dan sayuran hijau saya rebus dan tiriskan, selanjutnya saya panaskan lagi air untuk kuah mie. Air rebusan sekalian saya kasih potongan cabai habanero coklat. Hasilnya, ketika air mulai mendidih dan uap mulai menyebar, hidung mulai bersin – bersin karena aroma pedas yang menyengat. Untuk jaga – jaga supaya tidak mie tidak mubadzir, sebelum air saya tuang ke mangkok mie saya coba rasakan dulu. Hasilnya “mak nyosss” mulut rasanya kayak terbakar. Saya masih belum percaya pedasnya, makanya saya coba sekali lagi dengan ngetes satu sendok penuh. Hasilnya “lebih mak nyosss” lagi. Akhirnya daripada mie mubadzir, mending air rebusan cabai habaneronya saya buang saja kemudian saya petik lagi cabai rawit biasa 7 buah dan saya rebus bersama air kuah.
Kesimpulannya untuk cabai habanero orange saya masih kuat, tapi untuk cabai habanero coklat rasanya “ampuuunnn gak kuat pedasnya”.
Akhirnya saya berpikir, kalau untuk habanero coklat saja saya nggak kuat apalagi kalau cabai Bhut Jolokia, Trinidad Scorpion bahkan yang Trinidad Scorpion Morouga yang pedasnya berkali – kali lipat daripada cabai Habanero. Padahal ke tiga jenis cabai tersebut juga saya tanam dan sekarang sedang dalam masa pertumbuhan. Mungkin cabai – cabai super pedasku cukup hanya sebagi koleksi saja.

Minggu, 24 Maret 2013

Membuat greenhouse


Sebetulnya keinginan untuk membuat greenhouse ini sudah cukup lama. Lebih – lebih ketika pohon apel india dan cabaiku diserang lalat buah. Dari rimbunan buah apel india tak satupun yang bisa dimakan karena kedahuluan busuk oleh lalat buah. Pohon cabaipun demikian juga, dari lebatnya buah cabai yang muncul hanya separo saja yang bisa dipetik, lainnya rontok semua. Apalagi pohon cabai Habanero dan Bhut Jolokia, tak satupun buah yang bisa dikonsumsi karena pada rontok.

Dari kejadian – kejadian di atas maka saya putuskan untuk mempercepat pembuatan greenhouse ini. Dengan harapan bisa lebih irit, plastic UV saya pesan dari Bogor (meskipun sempat dongkol dengan penjualnya karena lama baru sampai). Paranet diberi oleh teman (ini yang paling siip khan gratis). Tukang juga saya bayar harian karena kalau borongan biasanya kenanya mahal.

Singkat cerita setelah dikerjakan 5 hari dan dengan mengorbankan pohon apel indiaku, selesailah greenhouse idamanku. Dengan ukuran 4m x 10m rasanya greenhouse ini cukup untuk menyalurkan hobi bercocok tanam saya.

Berhubung masih ada dana sedikit sekalian saja saya minta dibuatkan bak ukuran 2m x 1,75m yang rencananya untuk pelihara ikan. Harapan saya nantinya dari bak ini akan saya coba menanam dengan system Aquaponik dimana system ini adalah mengintegrasikan pemeliharaan ikan dengan pertanian. Tapi untuk yang ini ceritanya nanti saja ya..

Kembali ke greenhouse, rencana saya nanti dalam greenhouse ini system pertaniannya lebih banyak ke hidroponik karena nggak begitu ribet. Tetapi system pertanian organic tetap saya gunakan untuk penanaman cabai. Namanya juga rencana..nggak tau nanti aktualnya seperti apa. Doakan saja apa yang saya rencanakan ini bisa terlaksana.

Ini nih..penampakan greenhouse idamanku. Belum jadi bener sih..tapi udah ketahuan bentuknya kok..





Gambar greenhouse yang hampir jadi.


Nah..ini bak yang akan saya pakai untuk pelihara ikan sekalian bikin akuaponik

Perkembangan Tanaman Pada Hidroponik Kit Buatanku



19 hari sudah semenjak saya buat hidroponik kit, seumur itu juga beberapa sayuran yang saya tanam. Sistem yang saya pakai dalam hidroponik ini adalah sebagian akar terendam dalam genangan larutan nutrisi yang menggenangi 1/3 – ½ dari pipa paralon. Sistem ini saya lakukan karena tidak memerlukan tenaga listrik, selain memperkecil biaya juga lebih praktis ketika mau dipindah – pindah.

Adapun media tanam saya menggunakan rockwool. Caranya rockwool saya potong dengan ukuran 2cm x 2cm x 6cm. Kemudian rockwool saya masukkan ke dalam pot – pot kecil dari pipa paralon ukuran 1” yang sudah saya buat sebelumnya. Kemudian pot – pot tersebut saya letakkan ke dalam lubang tanam pada hidroponik kit yang sebelumnya sudah saya isi larutan nutrisi. Selanjutnya saya letakkan pada setiap pot biji – biji sayuran dengan jumlah 3-4 biji.

Setelah beberapa hari biji – biji mulai pada tumbuh. Nah pada saat pertumbuhan inilah ada beberapa kendala yang saya rasakan. Untuk sayuran pakcoy hijau yang saya tanam pad arak paling atas, tanaman tumbuh rata dan tidak ada masalah. Pada rak tengah saya semai benih selada, ketika tanaman mulai tumbuh pada dimakan burung gereja (ternyata burung gereja suka lalapan juga he..he..). Saya coba semai lagi dipot yang seladanya dimakan burung gereja, tetapi ada aja tunas – tunas yang dimakan lagi. Untuk rak paling bawah saya coba semai benih seledri. Tetapi dari semua seledri yang tumbuh, semua habis dilalap tikus. Coba semai lagi tapi baru beberapa mulai bertunas sudah disikat tikus lagi. Makanya untuk rak paling bawah saya akan coba semai pakcoy saja.

Untuk penampakan gambarnya seperti dibawah.  


rak atas : pakcoy hijau, rak tengah : selada, rak bawah : seledri (gagal)
tampak dekat


                                                                                                                                                                        

Selada tumbuh tidak rata karena serangan burung gereja, sawi pakcoy tumbuh rata
update gambar. usia tanaman 25 hari setelah semai.
selada siap panen sedangkan sawi masih menunggu sekitar 20 hari lagi.

Rabu, 20 Maret 2013

Perkembangan hidroponik seri 2

Tidak terasa 24 hari sudah usia percobaan hidroponik seri 2 saya. Rasanya nggak afdhol kalau saya posting cuma ketika mengawali percobaan ini. Jadi pada kesempatan ini saya mau perlihatkan perkembangan dari percobaan hidroponik saya ini. Kelihatannya perkembangannya memang agak lambat, hal ini karena saya menanamnya langsung berupa biji bukan menanam bibit yang siap pindah tanam. Sedangkan dari penyemaian sampai siap pindah tanam biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu. Jadi seandainya hidroponik ini saya tanam dari bibit yang siap pindah tanam sebetulnya baru menggambarkan usia 10 - 12 HST (Hari setelah Tanam). 
Percobaan ini saya lakukan di teras atas dimana sinar matahari dari jam 7 - 12 menyinari langsung ke tanaman sehingga kadang tanaman sempat layu. Maklum di daerah saya panas rata - rata 33 derajat celcius. Dari kondisi yang ada ternyata perkembangan tanaman tidak sama antara selada, caisim dan pakcoy yang saya tanam. Untuk selada tidak tahan panas dan pertumbuhannya agak merana. Untuk caisim rata - rata mati mungkin karena benihnya sudah kadaluarsa karena sudah saya simpan terlalu lama. Tapi untuk pakcoy perkembangannya cukup subur dan menggembirakan. Jadi untuk kedepannya mungkin di teras atas ini hanya mau saya pakai tanam pakcoy saja. Sedangkan untuk sayuran yang kurang tahan panas mau saya tanam di greenhouse yang sekarang sedang dalam tahap pembuatan.

Untuk penampakannya bisa dilihat di bawah.




Ini gambar tanaman hidroponikku di umur 24 hari dari benih. 

Rabu, 06 Maret 2013

Membuat Hidroponik Kit


Saya tidak tahu kenapa akhir – akhir ini getol banget sama yang namanya hidroponik. Mungkin karena praktis, bersih dan kelihatan lebih modern kali he..he..
Karena getol untuk berhidroponik ini akhirnya saya mencoba membuat semacam greenhouse. Dan untuk menghemat biaya, rangkanya saya buat dari pipa paralon 2”. Maklum biarpun saya tinggal di Kalimantan yang katanya gudangnya kayu, tetapi harga kayu tetap tinggi. Setelah greenhouse jadi rasanya senang sekali. Tapi setelah seminggu kena panas dan hujan ternyata rangka paralon bagian atas pada melengkung. Akhirnya greenhouse saya bongkar semua. Untuk greenhouse penggantinya rencana mau pakai rangka kayu saja. Tapi berhubbung tukang langganan saya lagi sibuk, saya harus bersabar dulu barang 2 minggu.

Ketika melihat greenhouse saya bongkar, istri saya berkomentar “aih sayangnya pak, trus pipa paralon segitu banyak mau diapain?”. Sayapun berpikir bagusnya pipa – pipa ini dibuat apa supaya tidak mubadzir. Dari searching di google saya dapat contoh - contoh gambar hidroponik kit dari pipa paralon.

Akhirnya dengan modal bor listrik yang saya punya dan dengan semangat tidak memubadzirkan paralon, saya buatlah hidroponik kit ini. Hasilnya juga tidak mengecewakan untuk seorang pemula. Sedangkan untuk keberhasilan penanaman saya belum tahu, tetapi saya berharap apa yang sudah saya buat ini tidak akan sia – sia.

Dan inilah penampakan dari jerih payah saya.




Paralon yang sudah dilubangi                                                        Paralon setelah dirangkai


Penampakan dari dekat                                                                 Hidroponik kit disusun di rak


Dilihat dari dekat, benih sudah ditanam dalam rockwool

Perkembangan bibit Zamio yang saya tanam bulan lalu


Sesuai janji saya, saya akan update perkembangan bibit zamio yang saya tanam dengan metode stek daun. Sebetulnya saya sudah punya banyak pohon zamio ini, tetapi karena saya mau menunjukkan kepada rekan – rekan yang membaca blog ini bagaimana cara memperbanyak zamio secara massal maka saya lakukan pembibitan ini agar apa yang saya tulis betul – betul merupakan pengalaman pribadi dan bukan sekedar teori.

Adapun perkembangan zamio yang saya tanam sebagaimana yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya. Setelah sekitar 2 bulan ini, daun – daun yang saya tanam sebagai bahan stek sudah mengeluarkan umbi dan akarnya sudah cukup banyak, sehingga satu bulan ke depan harapannya sudah muncul tunas sebagai tanaman zamio yang baru.

Bagi anda penyuka tanaman ini rasanya tidaklah rugi seandainya kita harus menunggu lama untuk melihat pertumbuhan tanaman ini karena setelah tumbuh akan menjadi tanaman yang sangat indah. Selain hijau mengkilap juga ada guratan – guratan indah di setiap lembar daunnya.

Nah penampakannya saat ini masih begini. Bulan depan saya update lagi deh.


Dari 10 stek daun tidak ada yang gagal

Tunas sudah pada muncul

Senin, 25 Februari 2013

Mencoba hidroponik seri 2

Kalau yang lalu saya mencoba hidroponik dengan system yang paling sederhana yaitu hidroponik pakai sumbu dengan media botol bekas dan jerigen bekas, dari percobaan yang lalu saya simpulkan bahwa nilai plusnya :
-        Pertumbuhan tanaman relative bagus
-        Tidak merepotkan, karena penambahan air nutrisi bisa sekali seminggu
-        Tidak memerlukan aliran listrik, karena air dipasok melalui sumbu
-        Hemat biaya
-        Mudah dipraktekkan
Tapi kekurangannya ada juga :
-        Tampilan kurang rapi
-        Untuk yang menggunakan botol bekas, biasanya sering ambruk karena botol tidak bisa menopang setelah tanaman besar. Hal ini terjadi karena lebih berat tanamannya daripada botolnya. Dan ketika ambruk biasanya nutrisi ikut tumpah.
-        Air nutrisi berlumut sehingga botol harus dicat dengan warna gelap. 

Nah, dari pengalaman diatas saya jadi tertantang mencoba hidroponik system yang lain. Dan sekarang ini saya kepingin mencoba yang sedikit lebih ribet. Saya nggak mau bilang lebih canggih karena setelah saya pikir – pikir hidroponik itu nggak susah kok. Dan kali ini saya mau mencoba hidroponik yang pakai air mengalir. Jadi disini diperlukan wadah yang bisa untuk media penanaman dan juga sebagai wadah untuk aliran air. Prinsip kerjanya akar tanaman akan menyerap nutrisi melalui akar yang menyentuh larutan nutrisi yang dialirkan. Aliran air nutrisi dialirkan sesuai dengan waktu yang kita tentukan, misalnya setiap 1 jam mengalir selama 10 menit. Untuk itu dibutuhkan timer. Konsekuensi dari hobi ini tentunya dibutuhkan dana lebih besar daripada hidroponik yang saya lakukan sebelumnya. Biaya yang cukup lumayan ya untuk pembelian pompa air, pipa paralon dan timer. Untuk hidroponik ini yang saya perlukan adalah :
-        Pipa paralon ukuran 2,5”
-        Pompa air untuk akuarium
-        Timer untu mengatur waktu
-        Gelas plastic
-        Rockwool/arang sekam
-        Ember penampung air nutrisi.
-        Nutrisi hidroponik.

Untuk percobaan kali ini saya menanam sawi, pakcoy dan selada dalam 1 rangkaian instalasi hidroponik. Untuk hasil saya belum tau karena baru saja mencoba. Harapannya sih pertumbuhan tanaman akan bagus, nggak perlu repot nyiram dan kelihatan lebih rapi.

Untuk melihat penampakannya seperti gambar dibawah.

Pipa paralon saat proses pelubangan



Pipa paralon yang sudah dirangkai dan contoh tanaman yang saya tanam