Berbagi tak pernah rugi

Selamat datang di blog saya yang sederhana ini, di blog ini saya tuangkan apa2 yang menjadi kebiasaan saya, pengalaman saya, hobi saya dll yang mungkin sepele tetapi mungkin bisa membawa manfaat bagi anda yang membacanya. Saya berharap blog ini bisa mencerminkan prinsip saya yaitu "Berbagi Tak pernah Rugi" . Dan bagi pembaca yang punya uneg - uneg atau kritik silahkan beri komentar, selain sebagai masukan juga bisa sebagai koreksi diri bagi saya. Atau bagi yang mau mengcopy artikel saya silahkan saja tapi jangan lupa lampirkan sumbernya ya..
Sehubungan banyaknya pertanyaan via SMS yang masuk dan cukup menyedot pulsa, mohon kalau ada pertanyaan bisa menelpon ke 082254621401 atau via komentar. Untuk selanjutnya terpaksa saya tidak melayani SMS



Minggu, 31 Maret 2013

Merasakan sensasi pedasnya cabai habanero.

Habanero coklat
Tak terasa cabai habanero yang kutanam beberapa waktu yang lalu sekarang buahnya sudah mulai tua dan sudah keluar warna aslinya. Yang habanero orange sudah memunculkan warna oranyenya dan habanero coklat juga sudah muncul semburat coklatnya.

Sebagai orang yang menanam rasanya nggak afdhol kalau nggak coba merasakan pedasnya cabai yang saya tanam ini. Makanya iseng – iseng saya petik habanero orange yang sudah tua untuk bikin Indomie Kari Ayam (bukan iklan lho ya, btw saya suka sama mie ini). Untuk coba – coba saya cukup masukkan satu buah cabai yang sudah diiris – iris ke dalam mie. Hasilnya untuk satu porsi mie, satu buah cabai sudah cukup buat saya. Padahal biasanya kalau pakai cabai rawit hijau saya perlu 5 – 9 buah cabai. Berarti untuk ke depannya kalau mau buat mie cukup saya kasih cabai habanero orange satu buah saja.

Mie kesukaanku
Besoknya saya penasaran dengan cabai habanero yang coklat. Dari kerut – kerut kulit dan ukuran buah yang lebih besar, sebetulnya saya sudah agak ngeri membayangkan pedasnya. Tapi rasa penasaran harus terobati. Makanya saya coba masak mie lagi dengan merek dan bumbu yang sama, bedanya Cuma jenis cabai yang digunakan. Setelah mie dan sayuran hijau saya rebus dan tiriskan, selanjutnya saya panaskan lagi air untuk kuah mie. Air rebusan sekalian saya kasih potongan cabai habanero coklat. Hasilnya, ketika air mulai mendidih dan uap mulai menyebar, hidung mulai bersin – bersin karena aroma pedas yang menyengat. Untuk jaga – jaga supaya tidak mie tidak mubadzir, sebelum air saya tuang ke mangkok mie saya coba rasakan dulu. Hasilnya “mak nyosss” mulut rasanya kayak terbakar. Saya masih belum percaya pedasnya, makanya saya coba sekali lagi dengan ngetes satu sendok penuh. Hasilnya “lebih mak nyosss” lagi. Akhirnya daripada mie mubadzir, mending air rebusan cabai habaneronya saya buang saja kemudian saya petik lagi cabai rawit biasa 7 buah dan saya rebus bersama air kuah.
Kesimpulannya untuk cabai habanero orange saya masih kuat, tapi untuk cabai habanero coklat rasanya “ampuuunnn gak kuat pedasnya”.
Akhirnya saya berpikir, kalau untuk habanero coklat saja saya nggak kuat apalagi kalau cabai Bhut Jolokia, Trinidad Scorpion bahkan yang Trinidad Scorpion Morouga yang pedasnya berkali – kali lipat daripada cabai Habanero. Padahal ke tiga jenis cabai tersebut juga saya tanam dan sekarang sedang dalam masa pertumbuhan. Mungkin cabai – cabai super pedasku cukup hanya sebagi koleksi saja.

Minggu, 24 Maret 2013

Membuat greenhouse


Sebetulnya keinginan untuk membuat greenhouse ini sudah cukup lama. Lebih – lebih ketika pohon apel india dan cabaiku diserang lalat buah. Dari rimbunan buah apel india tak satupun yang bisa dimakan karena kedahuluan busuk oleh lalat buah. Pohon cabaipun demikian juga, dari lebatnya buah cabai yang muncul hanya separo saja yang bisa dipetik, lainnya rontok semua. Apalagi pohon cabai Habanero dan Bhut Jolokia, tak satupun buah yang bisa dikonsumsi karena pada rontok.

Dari kejadian – kejadian di atas maka saya putuskan untuk mempercepat pembuatan greenhouse ini. Dengan harapan bisa lebih irit, plastic UV saya pesan dari Bogor (meskipun sempat dongkol dengan penjualnya karena lama baru sampai). Paranet diberi oleh teman (ini yang paling siip khan gratis). Tukang juga saya bayar harian karena kalau borongan biasanya kenanya mahal.

Singkat cerita setelah dikerjakan 5 hari dan dengan mengorbankan pohon apel indiaku, selesailah greenhouse idamanku. Dengan ukuran 4m x 10m rasanya greenhouse ini cukup untuk menyalurkan hobi bercocok tanam saya.

Berhubung masih ada dana sedikit sekalian saja saya minta dibuatkan bak ukuran 2m x 1,75m yang rencananya untuk pelihara ikan. Harapan saya nantinya dari bak ini akan saya coba menanam dengan system Aquaponik dimana system ini adalah mengintegrasikan pemeliharaan ikan dengan pertanian. Tapi untuk yang ini ceritanya nanti saja ya..

Kembali ke greenhouse, rencana saya nanti dalam greenhouse ini system pertaniannya lebih banyak ke hidroponik karena nggak begitu ribet. Tetapi system pertanian organic tetap saya gunakan untuk penanaman cabai. Namanya juga rencana..nggak tau nanti aktualnya seperti apa. Doakan saja apa yang saya rencanakan ini bisa terlaksana.

Ini nih..penampakan greenhouse idamanku. Belum jadi bener sih..tapi udah ketahuan bentuknya kok..





Gambar greenhouse yang hampir jadi.


Nah..ini bak yang akan saya pakai untuk pelihara ikan sekalian bikin akuaponik

Perkembangan Tanaman Pada Hidroponik Kit Buatanku



19 hari sudah semenjak saya buat hidroponik kit, seumur itu juga beberapa sayuran yang saya tanam. Sistem yang saya pakai dalam hidroponik ini adalah sebagian akar terendam dalam genangan larutan nutrisi yang menggenangi 1/3 – ½ dari pipa paralon. Sistem ini saya lakukan karena tidak memerlukan tenaga listrik, selain memperkecil biaya juga lebih praktis ketika mau dipindah – pindah.

Adapun media tanam saya menggunakan rockwool. Caranya rockwool saya potong dengan ukuran 2cm x 2cm x 6cm. Kemudian rockwool saya masukkan ke dalam pot – pot kecil dari pipa paralon ukuran 1” yang sudah saya buat sebelumnya. Kemudian pot – pot tersebut saya letakkan ke dalam lubang tanam pada hidroponik kit yang sebelumnya sudah saya isi larutan nutrisi. Selanjutnya saya letakkan pada setiap pot biji – biji sayuran dengan jumlah 3-4 biji.

Setelah beberapa hari biji – biji mulai pada tumbuh. Nah pada saat pertumbuhan inilah ada beberapa kendala yang saya rasakan. Untuk sayuran pakcoy hijau yang saya tanam pad arak paling atas, tanaman tumbuh rata dan tidak ada masalah. Pada rak tengah saya semai benih selada, ketika tanaman mulai tumbuh pada dimakan burung gereja (ternyata burung gereja suka lalapan juga he..he..). Saya coba semai lagi dipot yang seladanya dimakan burung gereja, tetapi ada aja tunas – tunas yang dimakan lagi. Untuk rak paling bawah saya coba semai benih seledri. Tetapi dari semua seledri yang tumbuh, semua habis dilalap tikus. Coba semai lagi tapi baru beberapa mulai bertunas sudah disikat tikus lagi. Makanya untuk rak paling bawah saya akan coba semai pakcoy saja.

Untuk penampakan gambarnya seperti dibawah.  


rak atas : pakcoy hijau, rak tengah : selada, rak bawah : seledri (gagal)
tampak dekat


                                                                                                                                                                        

Selada tumbuh tidak rata karena serangan burung gereja, sawi pakcoy tumbuh rata
update gambar. usia tanaman 25 hari setelah semai.
selada siap panen sedangkan sawi masih menunggu sekitar 20 hari lagi.

Rabu, 20 Maret 2013

Perkembangan hidroponik seri 2

Tidak terasa 24 hari sudah usia percobaan hidroponik seri 2 saya. Rasanya nggak afdhol kalau saya posting cuma ketika mengawali percobaan ini. Jadi pada kesempatan ini saya mau perlihatkan perkembangan dari percobaan hidroponik saya ini. Kelihatannya perkembangannya memang agak lambat, hal ini karena saya menanamnya langsung berupa biji bukan menanam bibit yang siap pindah tanam. Sedangkan dari penyemaian sampai siap pindah tanam biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu. Jadi seandainya hidroponik ini saya tanam dari bibit yang siap pindah tanam sebetulnya baru menggambarkan usia 10 - 12 HST (Hari setelah Tanam). 
Percobaan ini saya lakukan di teras atas dimana sinar matahari dari jam 7 - 12 menyinari langsung ke tanaman sehingga kadang tanaman sempat layu. Maklum di daerah saya panas rata - rata 33 derajat celcius. Dari kondisi yang ada ternyata perkembangan tanaman tidak sama antara selada, caisim dan pakcoy yang saya tanam. Untuk selada tidak tahan panas dan pertumbuhannya agak merana. Untuk caisim rata - rata mati mungkin karena benihnya sudah kadaluarsa karena sudah saya simpan terlalu lama. Tapi untuk pakcoy perkembangannya cukup subur dan menggembirakan. Jadi untuk kedepannya mungkin di teras atas ini hanya mau saya pakai tanam pakcoy saja. Sedangkan untuk sayuran yang kurang tahan panas mau saya tanam di greenhouse yang sekarang sedang dalam tahap pembuatan.

Untuk penampakannya bisa dilihat di bawah.




Ini gambar tanaman hidroponikku di umur 24 hari dari benih. 

Rabu, 06 Maret 2013

Membuat Hidroponik Kit


Saya tidak tahu kenapa akhir – akhir ini getol banget sama yang namanya hidroponik. Mungkin karena praktis, bersih dan kelihatan lebih modern kali he..he..
Karena getol untuk berhidroponik ini akhirnya saya mencoba membuat semacam greenhouse. Dan untuk menghemat biaya, rangkanya saya buat dari pipa paralon 2”. Maklum biarpun saya tinggal di Kalimantan yang katanya gudangnya kayu, tetapi harga kayu tetap tinggi. Setelah greenhouse jadi rasanya senang sekali. Tapi setelah seminggu kena panas dan hujan ternyata rangka paralon bagian atas pada melengkung. Akhirnya greenhouse saya bongkar semua. Untuk greenhouse penggantinya rencana mau pakai rangka kayu saja. Tapi berhubbung tukang langganan saya lagi sibuk, saya harus bersabar dulu barang 2 minggu.

Ketika melihat greenhouse saya bongkar, istri saya berkomentar “aih sayangnya pak, trus pipa paralon segitu banyak mau diapain?”. Sayapun berpikir bagusnya pipa – pipa ini dibuat apa supaya tidak mubadzir. Dari searching di google saya dapat contoh - contoh gambar hidroponik kit dari pipa paralon.

Akhirnya dengan modal bor listrik yang saya punya dan dengan semangat tidak memubadzirkan paralon, saya buatlah hidroponik kit ini. Hasilnya juga tidak mengecewakan untuk seorang pemula. Sedangkan untuk keberhasilan penanaman saya belum tahu, tetapi saya berharap apa yang sudah saya buat ini tidak akan sia – sia.

Dan inilah penampakan dari jerih payah saya.




Paralon yang sudah dilubangi                                                        Paralon setelah dirangkai


Penampakan dari dekat                                                                 Hidroponik kit disusun di rak


Dilihat dari dekat, benih sudah ditanam dalam rockwool

Perkembangan bibit Zamio yang saya tanam bulan lalu


Sesuai janji saya, saya akan update perkembangan bibit zamio yang saya tanam dengan metode stek daun. Sebetulnya saya sudah punya banyak pohon zamio ini, tetapi karena saya mau menunjukkan kepada rekan – rekan yang membaca blog ini bagaimana cara memperbanyak zamio secara massal maka saya lakukan pembibitan ini agar apa yang saya tulis betul – betul merupakan pengalaman pribadi dan bukan sekedar teori.

Adapun perkembangan zamio yang saya tanam sebagaimana yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya. Setelah sekitar 2 bulan ini, daun – daun yang saya tanam sebagai bahan stek sudah mengeluarkan umbi dan akarnya sudah cukup banyak, sehingga satu bulan ke depan harapannya sudah muncul tunas sebagai tanaman zamio yang baru.

Bagi anda penyuka tanaman ini rasanya tidaklah rugi seandainya kita harus menunggu lama untuk melihat pertumbuhan tanaman ini karena setelah tumbuh akan menjadi tanaman yang sangat indah. Selain hijau mengkilap juga ada guratan – guratan indah di setiap lembar daunnya.

Nah penampakannya saat ini masih begini. Bulan depan saya update lagi deh.


Dari 10 stek daun tidak ada yang gagal

Tunas sudah pada muncul

Senin, 25 Februari 2013

Mencoba hidroponik seri 2

Kalau yang lalu saya mencoba hidroponik dengan system yang paling sederhana yaitu hidroponik pakai sumbu dengan media botol bekas dan jerigen bekas, dari percobaan yang lalu saya simpulkan bahwa nilai plusnya :
-        Pertumbuhan tanaman relative bagus
-        Tidak merepotkan, karena penambahan air nutrisi bisa sekali seminggu
-        Tidak memerlukan aliran listrik, karena air dipasok melalui sumbu
-        Hemat biaya
-        Mudah dipraktekkan
Tapi kekurangannya ada juga :
-        Tampilan kurang rapi
-        Untuk yang menggunakan botol bekas, biasanya sering ambruk karena botol tidak bisa menopang setelah tanaman besar. Hal ini terjadi karena lebih berat tanamannya daripada botolnya. Dan ketika ambruk biasanya nutrisi ikut tumpah.
-        Air nutrisi berlumut sehingga botol harus dicat dengan warna gelap. 

Nah, dari pengalaman diatas saya jadi tertantang mencoba hidroponik system yang lain. Dan sekarang ini saya kepingin mencoba yang sedikit lebih ribet. Saya nggak mau bilang lebih canggih karena setelah saya pikir – pikir hidroponik itu nggak susah kok. Dan kali ini saya mau mencoba hidroponik yang pakai air mengalir. Jadi disini diperlukan wadah yang bisa untuk media penanaman dan juga sebagai wadah untuk aliran air. Prinsip kerjanya akar tanaman akan menyerap nutrisi melalui akar yang menyentuh larutan nutrisi yang dialirkan. Aliran air nutrisi dialirkan sesuai dengan waktu yang kita tentukan, misalnya setiap 1 jam mengalir selama 10 menit. Untuk itu dibutuhkan timer. Konsekuensi dari hobi ini tentunya dibutuhkan dana lebih besar daripada hidroponik yang saya lakukan sebelumnya. Biaya yang cukup lumayan ya untuk pembelian pompa air, pipa paralon dan timer. Untuk hidroponik ini yang saya perlukan adalah :
-        Pipa paralon ukuran 2,5”
-        Pompa air untuk akuarium
-        Timer untu mengatur waktu
-        Gelas plastic
-        Rockwool/arang sekam
-        Ember penampung air nutrisi.
-        Nutrisi hidroponik.

Untuk percobaan kali ini saya menanam sawi, pakcoy dan selada dalam 1 rangkaian instalasi hidroponik. Untuk hasil saya belum tau karena baru saja mencoba. Harapannya sih pertumbuhan tanaman akan bagus, nggak perlu repot nyiram dan kelihatan lebih rapi.

Untuk melihat penampakannya seperti gambar dibawah.

Pipa paralon saat proses pelubangan



Pipa paralon yang sudah dirangkai dan contoh tanaman yang saya tanam

Selasa, 12 Februari 2013

Edisi Khusus Cabai (1) : Cabai Habanero


Saya termasuk cabai lover. Dalam kebutuhan makan sehari – hari tidak bisa terlepas dengan yang namanya cabai. Makan harus ada sambal, makan gorengan harus ada lalapan Lombok/cabai, masak sayur terasa hambar tanpa cabai apalagi kalau masak Indomie (bukan iklan lho ya) kalau nggak banyak cabainya rasanya kok kurang “nendang”.
Nah dari baca – baca di internet ternyata kok cabai itu jenisnya macam – macam. Dulu saya berpikir bahwa cabai yang paling pedas adalah cabai rawit hijua. Eeee..sekalinya masih ada beberapa jenis cabai yang jauh lebih pedas daripada cabai rawit andalan saya. Salah satunya ya cabai habanero ini. Meskipun bukan cabai terpedas, akan tetapi sesuai literature yang saya baca cabai ini memiliki tingkat kepedasan yang cukup pedas yaitu 100,000-350,000 SHU (Scoville Heat Unit) atau beberapa kali lipat cabai rawit hijau yang tingkat kepedasannya hanya sekitar 60,000-80,000 SHU. Makanya saya sempat berpikir mungkin nanti kalau masak Indomie yang biasanya perlu cabai rawit 15 biji, kalau dengan cabai ini mungkin Cuma perlu 1 atau 2 biji saja (menghayal.com)
Kembali ke inti artikel, saya tanam cabai ini karena kebetulan dari beberapa jenis benih yang saya tanam ya Cuma cabai habanero ini yang mau tumbuh. Padahal waktu beli benih ada beberapa macam. Tapi berhubung cara penyemaiannya sembrono akhirnya yang hidup Cuma si Habanero yang berwarna coklat tumbuh 2 bibit dan Habanero merah tumbuh 9 bibit. Dari 11 pohon inipun pertumbuhannya juga berbeda – beda karena masing – masing pohon dalam pertumbuhannya penuh dengan cobaan yaitu terserang hama. Tapi dengan modal bawang putih dan tembakau Alhamdulillah hamanya hilang (nggak tau ngacir atau mati). Dengan terseok – seoknya pertumbuhan akhirnya cabaiku berbunga juga, bahkan ada yang sudah mulai menjadi buah. Mudah – mudahan bunganya tidak pada rontok dan buah yang sudah jadipun juga tidak diserang lalat buah.
Mau lihat penampakannya? Lihat di bawah nih..

Awal pertumbuhan









Gambar2 setelah pindah pot




Pertumbuhan lumayan cepat, sayang ada yang kena penyakit. Tapi sekarang udah OK



Habaneroku sudah mulai muncul bunga dan pentil buah


Buah sudah bergelantungan

Habanero Orange dan Habanero Coklat sudah mulai menunjukkan warnanya







Senin, 11 Februari 2013

Weleh..sekaline tomatku cilik2...

Weleh..tomatku sekaline cilik2, tomat opo yo iki...Itulah kata kata yang bisa kuucapkan setelah melihat tomat yang kutanam mulai memerah. Mungkin ini akibat dari tidak selektifnya saya dalam menentukan benih yang akan ditanam. Yang lalu saya memang tidak terlalu pusing tentang kualitas benih, pokoknya yang penting tanam karena berlandaskan rasa cinta tanaman saja. Untuk ke depan mungkin saya harus menambahkan factor kualitas dalam pemilihan bibit daripada sesal kemudian tidak berguna.
 Mungkin ada dari teman teman pembaca yang tau ini jenis tomat apa. Karena saya sendiri juga bingung, kalau tomat cherry rasanya kok gak mungkin karena benihnya murah. Tapi kalau bukan tomat cherry, buahnya kok kecil - kecil cuma sebesar kelereng.
Tapi baidewe, anakku sangat suka makan tomat ini..yah..setidak - tidaknya biar kecil tapi masih bermanfaat.
Langsung saja ke penampakannya bisa dilihat dibawah.









Gambar tomatku saat masih putih, merah sampai pemanenan.

Sabtu, 12 Januari 2013

Berkebun sayuran di pekarangan (8) : Tomat

Tomat merupakan salah satu sayuran/buah yang tidak bisa lepas dari kehidupan saya sehari – hari, karena hampir setiap jenis masakan yang dimasak di rumah pasti ada unsur tomatnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tomat berkhasiat banyak sekali, selain kaya akan vitamin terutama vitamin C, tomat juga kaya antioksidan yang berfungsi bisa menangkal/memperkecil resiko terkena penyakit kanker.
Selama ini untuk pemenuhan kebutuhan tomat ini, istri saya selalu membeli ke penjual sayuran keliling. Untuk sayuran yang lain (cabai, sawi, bayam, pakchoy, kenikir dll) bisa terpenuhi. Istri saya bilang, ‘’pak, coba tanam tomat biar kita juga bisa dapat tomat segar yang bebas pertisida”. Akhirnya saya berpikir juga, kenapa saya nggak tanam tomat, toh penanamannya juga nggak beda jauh dengan sayuran yang lain.
Berawal dari pemikiran tersebut, maka saat ke toko pertanian terdekat saya sempatkan beli bibit tomat eceran. Namanya juga bibit eceran, sehingga saya tidak tahu ini jenis tomat apa. Prinsip saya yang penting tanam dulu. Dan hasilnya juga tidak terlalu mengecewakan seperti gambar di bawah.
saat awal tanam
masa pertumbuhan



 
            mulai berbunga                                                                    mulai muncul pentil buah

                

















Buah tomat mulai membesar nggak tau berapa lama lagi akan merah

 Memang tomat yang saya tanam belum bisa dipetik, tapi melihat perkembangan yang ada mudah – mudahan dalam waktu dekat sudah bisa kami nikmati.