Senin, 04 Juli 2011

Please..Jangan Merokok Di Rumah Kami


Tulisan di atas akan anda baca apabila anda bertamu ke rumah saya. Bagi yang membaca mungkin akan muncul berbagai macam persepsi, mungkin ada yang menganggap ini larangan merokok secara halus, mungkin ada juga yang menganggap terlalu terus terang atau mungkin juga ada persepsi yang lain dari yang membaca. Apapun persepsi dari orang yang membaca, sebetulnya maksud saya hanya satu yaitu saya mau rumah saya bebas dari asap rokok.

Bukannya mau sok suci, saya dulu juga seorang perokok bahkan boleh dibilang perokok berat. Dulu sehari semalam saya saya bisa habiskan 1 bungkus Djie Sam Soe dan 2 bungkus Marlboro. Tapi Alhamdulillah saya bisa berhenti total dan tidak ada keinginan untuk merokok lagi.

Untuk berhenti merokok sebetulnya tidaklah sulit. Banyak orang bilang susah sekali untuk berhenti merokok, ada yang bilang pusing kalau tidak merokok, ada yang bilang mulut rasanya kecut atau ada yang bilang rasanya gelisah kalau tidak merokok.
Untuk berhenti merokok sebetulnya hanya 2 hal yang kita perlukan, pertama "alasan yang tepat" dan yang kedua adalah "kemauan yang kuat."

Sebagai contoh adalah pengalaman saya ini, dulu ketika saya merasakan sakit batuk kronis saya merasa sangat tersiksa. Waktu itu saya berusaha untuk berhenti merokok dan berhasil berhenti sekitar 10 bulan. Akan tetapi ketika sakit batuk itu sudah sembuh lagi, ketika melihat teman-teman pada merokok, sayapun coba-coba merokok lagi. Dan saya malah menjadi perokok yang lebih parah daripada sebelum saya sakit. Kejadian ini terjadi ketika saya masih bujangan.
Beberapa tahun berlalu kemudian saya berkeluarga, dan pada saat itu saya sempat merasakan kesulitan keuangan. Saya mencoba menghitung-hitung pengeluaran saya untuk rokok, ternyata uang yang saya belanjakan untuk rokok cukup besar. Untuk mengatasinya salah satunya dengan berhenti merokok.  Waktu itu saya bisa berhenti merokok sekitar setahun. Tapi setelah keuangan lancar lagi, kebiasaan merokok saya kambuh lagi.
Berikutnya pada waktu itu sekitar tahun 2003 saya ada perlu yaitu membeli buku hadits Arba’in an Nawawi yang rencananya saya mau hafalkan. Akan tetapi saya tidak mendapatkan buku tersebut, malah saya mendapatkan buku saku yang bejudul “Rokok Haramkah Hukumnya?” Kemudian saya belilah buku tersebut dan kemudian saya baca malam itu juga. Dalam buku tersebut tidak disebutkan hukum rokok seperti apa, akan tetapi disebutkan dalil – dalil dari Qur’an maupun hadits mengenai Islam menghalalkan yang baik – baik dan melarang yang buruk dan juga larangan mengenai membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Dan dalam buku itu juga disarankan bagi pembaca untuk memikirkan sendiri sebetulnya hukum rokok dalam Islam itu seperti apa setelah kita mengetahui beberapa dalil yang sudah dimunculkan di buku tersebut.

Setelah membaca buku tersebut, saya berfikir apa manfaat rokok bagi saya, keluarga maupun lingkungan saya. Dari sisi medis jelas – jelas disebutkan rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Dan lebih kasihan lagi orang – orang yang berada disekitar orang yang sedang merokok atau yang biasa disebut perokok pasif, bahaya akibat rokok bagi perokok pasif 3x lipat daripada perokok aktif. Oh..betapa saya sudah membahayakan anak, istri dan juga orang-orang disekitar saya dari paparan asap rokok yang saya hirup.

Dari sisi materi sudah berapa banyak uang yang saya belanjakan untuk rokok yang notabene tidak memberikan manfaat buat saya. Uang rokok yang biasa saya belanjakan mestinya bisa saya belikan susu untuk anak saya, atau untuk tambahan uang belanja istri saya, atau saya belikan hadiah buat anak atau istri saya yang tentunya akan menyenangkan hati mereka. Oh,,betapa saya telah menyia-nyiakan harta yang jelas – jelas itu dilarang dalam agama saya.

Kemudian saya mencoba searching di internet mengenai hokum rokok dalam Islam. Saya temukan beberapa site yang menjelaskan haramnya rokok dalam Islam, meskipun ada juga beberapa site yang masih mempertanyakan keharamannya.

Akhirnya setelah saya timbang – timbang, saya cenderung kepada pendapat yang mengatakan bahwa rokok haram hukumnya dalam Islam dan saya memutuskan harus berhenti merokok saat itu juga. Stok rokok yang yang masih ada saya buang saat itu juga. Saya tidak mau ibadah yang saya lakukan tidak diterima karena adanya barang haram yang masuk kedalam tubuh saya. Dan dengan alasan “keharaman rokok” dan “kemauan yang kuat” untuk berhenti merokok,  Alhamdulillah sampai sekarang saya sudah tidah pernah merokok ataupun berkeinginan untuk merokok lagi.

Pengalaman ini mungkin bisa diambil buat pembaca blog saya ini yang punya keinginan untuk berhenti merokok.

Dan sebagai tambahan, dibawah saya nukilkan puisi dari bapak Taufik Ismail dengan harapan bisa memotifasi para pembaca untuk bisa berhenti merokok.


TUHAN 9 SENTI
Oleh: Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,

hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur
ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan
AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al
hawwa'i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang
rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia
mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.